the balebengong
Tempat Denpasar Berbagi Kabar
 
Thursday, June 7, 2007
Lila Bhuwana

Pengantar Penunggu Balebengong:
Balebengong membuka kolom 'Denpasar Before & After' yang berisi tulisan tentang sosok Denpasar dulu dan kini. Kolom ini diisi setiap minggu oleh I Nyoman Darma Putra, penulis yang lahir dan besar di Denpasar. Sejak awal Januari 2007, Darma tinggal di Brisbane, Australia. Artikel ini ditulis dari Negeri Kangguru sambil menghayati rasa rindu pada kota kelahirannya, kampung halamannya, Desa Padangsambian, tepi barat kota Denpasar. Di Balebengong, Darma juga mengulas bagaimana modernitas bersimbosis atau bertabrakan dengan tradisi di Denpasar. Bila perlu, silakan berikan komentar, but be nice, please!
--

Lila Bhuwana

Oleh Darma Putra

Gedung olah raga mewah di sudut barat-laut Stadion Ngurah Rai Denpasar dulunya merupakan pasar senggol yang ramai dan gedung bioskop yang merakyat. Pasar senggol tersebut terkenal dengan nama Lila Bhuwana, sedangkan gedung bioskopnya disebut Lila Bhuwana Theatre.

Lila Bhuwana adalah nama yang indah. Dalam bahasa Bali, ‘lila’ artinya ‘senang’, ‘bhuwana’ artinya ‘dunia atau tempat’. Sesuai dengan namanya, Lila Bhuwana memang merupakan tempat warga urban kota Denpasar tempo doeloe untuk bersenang-senang. Selain Lila Bhuwana, kehidupan malam yang juga menarik waktu itu adalah Suci (pojok utara Jl Diponogoro).

Karena lokasinya yang strategis, di tepi jalan utama dan dalam jalur kendaraan umum, Lila Bhuwana menjadi ramai setiap malam. Lila Bhuwana menjadi salah satu denyut nadi kehidupan malam Denpasar tahun 1980 ke belakang, sebelum kota ini dihadiri mall-mall. Lila Bhuwana lebih ramai, lebih luas, dan lebih riuh dari pada Suci.

Setiap malam, mulai pukul 5 sore, Lila Bhuwana mulai ramai. Di sana ada dagang nasi campur, stand jamu, nasi goreng dan cap cay, sate dan gulai kambing, dan soto ayam. Nasi bungkus juga ada bagi orang yang tidak cukup waktu untuk santai di Lila Bhuwana. Pisang goreng, martabak, kopi kebus dan kacang ijo juga juga tersedia. Asap arang sate, atau desah kompor gas pisang goreng bercampur menciptakan irama keriuhan sejak pukul 5 sore hingga pukul 12.00 malam, sejalan irama ramainya pengunjung.

Tidak ketinggalan pula dagang serombotan klungkung yang sangat populer. Hanya dalam hitungan satu-dua jam, serombotan sering amblas. Larisnya serombotan ini bukan saja menandai sedapnya masakan khas dari Klungkung tetapi juga mulainya masakan daerah masuk dan diminati warga urban Denpasar.

Selain tenda makanan, di sana juga hadir stand yang menjual bermacam baju, mulai dari baju kaos, kemeja, celana dalam, kaos kaki, tas dan sepatu. Juga ada dagang kaset. Saat itu, kaset sangat populer, jauh sebelum CD atau VCD menggantikannya di era pertengahan 1990-an. Kaset lagu Indonesia (pop dan dangdut), pop Bali, dan lagu Barat tersedia dengan harga murah, harga pasar senggol. Saat itu, kaset masih merupakan lambang modernitas masyarakat.

Sebagaimana layaknya pasar senggol di mana-mana, Lila Bhuwana pun dimeriahkan pedagang obat yang lihai propagada dengan loud-speaker yang suaranya di sepi malam bisa kedengaran sampai Taensiat di barat atau Tonja di timur. Atraksinya menarik, walau tidak pernah sampai dilakukan dengan optimal. Jumlahnya bisa lebih dari dua atau tiga sehingga Lila Bhuwana benar-benar menjadi pasar senggol yang komplit. Agar tampak saling membantu, sesama dagang obat sering tampil bergantian sehingga sama-sama bisa menangguk rezeki.

Tidak ada pasar senggol kalau tidak dilengkapi kupu-kupu malam. Di sisi selatan, di tempat yang remang; atau di tempat terang yang gabung dengan warung makanan, senantiasa ada wanita yang bisa dibawa pergi untuk menikmati malam dengan bayaran. Sebagian dari kupu-kupu malam itu ada yang berrumah di Lumintang, terkenal dengan sebutan Carik (sawah), tempat orang mencangkul: bukan mencangkul tanah, tapi wanita!

Walau ada kupu-kupu malam, nama Lila Bhuwana tetaplah harum untuk mencari makanan dan hiburan. Gedung bioskopnya hebat dan sering ramai, terutama saat memutar film Indonesia atau saat hari raya. Film ‘Ratapan Anak Tiri’ yang sedih dan film ‘Balas Dendam’ yang syuting di Bali pernah menjadi saksi magnet Lila Bhuwana menarik penonton. Perpaduan bioskop dan pasar senggol memang menjadi perpaduan yang unik buat Lila Bhuwana sebagai tempat hiburan rakyat menengah ke bawah.

Lila Bhuwana akan semakin ramai kalau di sisi selatan, depan stadion, dilaksanakan pameran pembangunan 17 Agustusan. Dalam pameran yang biasanya buka sampai malam hari, dipentaskan kesenian Bali atau pemutaran film pembangunan, dokumenter. Warga kota dan pelajar berduyun ke sana siang dan malam. Denyut Lila Bhuwana menjadi lebih seru, pedagang bisa lebih laris. Jalan Melati biasa sesak oleh sepeda dan sepeda motor. Mobil belum banyak saat itu.

Keramaian dan keunikan pasar senggol Lila Bhuwana berlanjut sampai pertengahan 1980-an, walaupun bioskopnya lebih dulu pudar karena hadirnya dan persaingan dengan bioskop ber-AC dan mewah seperti Nirwana, Indra Theatre, dan Wisata Theatre di Jl Thamrin. Walaupun masyarakat secara ekonomi sebetulnya lebih pas dengan tarif bisokop Lila Bhuwana, mereka terbius untuk menikmati hal-hal yang mutakhir: gedung berpendingin, kursi empuk, sambil makan empuk-jagung atau kwaci.

Entah karena dianggap tidak pas dengan wajah kota Denpasar yang kian bersolek modern, atau tanah itu memang bukan diperuntukkan buat pasar senggol, akhirnya menjelang akhir 1980-an, Lila Bhuwana dikosongkan. Sebagian pedagangnya pindah ke pasar Kereneng, pasar senggol yang sudah hadir sebelumnya tetapi tak begitu ramai.

Keluhan dari pedagang cukup keras tetapi tidak ada protes atau demonstrasi. Tidak ada LSM, LBH, atau mahasiswa yang membela kepentingan pedagang atau kepentingan publik atas Lila Bhuwana. Media massa yang lemah mengontrol pemerintah juga mempercepat lenyapnya Lila Bhuwana. Di zaman kuatnya pemerintah, rakyat dengan mudah dikalahkan. Lila Bhuwana kini adalah nama banjar di Jl Trijata, belakang gedung Bank Indonesia (lama), sedangkan keriangan pasar senggolnya tinggal kenangan!

Lila Bhuwana yang merupakan masa lalu night life kota Denpasar sudah hampir dua dekade hilang, sudah hampir dua dekade sudut utara Jl Melati yang dulu terang dan ramai menjadi sunyi senyap; sementara gedung olah raga modern yang sudah dibangun di atasnya tidak kunjung rampung! [+++]
posted by The Balebengong 10:58 AM  
 
1 Comments:
  • At August 21, 2016 at 7:04 PM, Anonymous Anonymous said…

    sesungguhnya aku sangat gembira untuk hidup saya; Nama saya Vargas cynthia maye, saya tidak pernah terfikir bahawa saya akan hidup di bumi sebelum tahun tamat. Saya telah menghidap penyakit berbahaya (HIV) untuk 5 tahun yang lalu sekarang; Saya telah membelanjakan wang yang banyak untuk pergi dari satu tempat yang lain, dari gereja-gereja untuk gereja-gereja, hospital telah kediaman saya setiap hari. cek berterusan sehingga menjadi hobi saya tidak sehingga Bulan lepas, saya telah mencari melalui internet, saya melihat satu bukti bagaimana DR. Ben membantu seseorang dalam menyembuhkan penyakit HIV beliau, cepat saya disalin e-mel beliau yang (drbenharbalhome@gmail.com) .Saya bercakap dengan dia, dia meminta saya untuk melakukan beberapa perkara tertentu yang saya lakukan, dia memberitahu saya bahawa dia akan menyediakan herba kepada saya, yang dia lakukan, maka dia meminta saya pergi untuk pemeriksaan perubatan selepas beberapa hari selepas menggunakan penawar herba, saya bebas daripada penyakit ini boleh membawa maut, dia hanya meminta saya untuk hantar kesaksian melalui seluruh dunia, dengan setia am melakukannya sekarang, saudara-saudara sila, dia hebat, saya berhutang dalam hidup saya. jika anda menghadapi masalah yang sama hanya e-mel dia di (drbenharbalhome@gmail.com) atau hanya WhatsApp dia di: + 2348144631509.He juga boleh menyembuhkan penyakit seperti Kanser, Diabeties, Herpes. Lain-lain Anda boleh menghubungi saya di email: vargascynthiamaye1995@gmail.com

     
Post a Comment
<< HOME

myprofile
Name: The Balebengong
Home: Denpasar, Bali, Indonesia
About Me: Tiap kabar bisa diceritakan di balebengong. Tidak harus kabar penting, kabar paling pribadi pun bisa. Sebab di balebengong, tiap orang bisa membuat cerita. Tidak hanya membacanya. Untuk berbagi kabar silakan kirim ke antonemus@yahoo.com atau slokainstitute@yahoo.com. Jika ada kabar penting bisa juga SMS ke 0817348794 atau telepon ke 0361-7989495
See my complete profile


previouspost
Aksi Walhi Bali
Liputan Eksklusif Wayan Sukarda
Kelinciku
Kebiasaanku yang Buruk. Ihhh, Malu....
Nak Nik, Kording ala Anak Subak Dalem
Tumor Membesar Setelah Dioperasi
Anak-anak Melawan Stigma dan Diskriminasi
Abuan Mewujudkan Fair Trade hingga Pelosok Desa
Soto Karangasem, Weteng Wareg Gumi Ajeg
Taman 65, Menjadikan Rumah sebagai Pusat Kebudayaan


myarchives
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
September 2007


mylinks
TemplatePanic
Blogger


bloginfo
This blog is powered by Blogger and optimized for Firefox.
Blog designed by TemplatePanic.